As of 18 August 2010, you must register to edit pages on Rodovid (except Rodovid Engine).

Jaka Dillah / Arya Damar (Raja Palembang)

From Rodovid EN

Person:331472
Jump to: navigation, search
Lineage Brawijaya V
Sex Male
Full name (at birth) Jaka Dillah / Arya Damar
Other last names Raja Palembang
Other given names Swan Liong, Ario Abdilah
Parents

Prabu Brawijaya V / Bhre Kertabhumi (Raden Alit) [Brawijaya] d. 1478

Endang Sasmintapura [Raksasa]

Wiki-page [[1]]

Events

child birth: 3.4.2. Raden Kusen / Pangeran Pamalekaran (Arya Abdillah) [Brawijaya V]

child birth: Ario Menak Senojo [Brawijaya V]

marriage: 11.4. Syarifah Siti Zainab [Azmatkhan]

marriage: Wandan Kuning [Kuning]

marriage: Siu Ban Ci ? (Wandan Sari) [Tan]

marriage: Puteri Sandang Biduk ? (Demang Lebar Daun) [?]

from 1445 - 1486 title: Palembang, Raja Palembang

Notes

Ayah Tiri Raden Patah Arya Damar adalah pahlawan legendaris sehingga nama besarnya selalu diingat oleh masyarakat Jawa. Dalam naskah-naskah babad dan serat, misalnya Babad Tanah Jawi, tokoh Arya Damar disebut sebagai ayah tiri Raden Patah, raja pertama Kesultanan Demak.

Dikisahkan ada seorang raksasa wanita ingin menjadi istri Brawijaya raja terakhir Majapahit (versi babad). Ia pun mengubah wujud menjadi gadis cantik bernama Endang Sasmintapura, dan segera ditemukan oleh patih Majapahit (yang juga bernama Gajah Mada) di dalam pasar kota. Sasmintapura pun dipersembahkan kepada Brawijaya untuk dijadikan istri.

Namun, ketika sedang mengandung, Sasmintapura kembali ke wujud raksasa karena makan daging mentah. Ia pun diusir oleh Brawijaya sehingga melahirkan bayinya di tengah hutan. Putra sulung Brawijaya itu diberi nama Jaka Dilah.

Setelah dewasa Jaka Dilah mengabdi ke Majapahit. Ketika Brawijaya ingin berburu, Jaka Dilah pun mendatangkan semua binatang hutan di halaman istana. Brawijaya sangat gembira melihatnya dan akhirnya sudi mengakui Jaka Dilah sebagai putranya.

Jaka Dilah kemudian diangkat sebagai bupati Palembang bergelar Arya Damar. Sementara itu Brawijaya telah menceraikan seorang selirnya yang berdarah Cina karena permaisurinya yang bernama Ratu Dwarawati (putri Campa) merasa cemburu. Putri Cina itu diserahkan kepada Arya Damar untuk dijadikan istri.

Arya Damar membawa putri Cina ke Palembang. Wanita itu melahirkan putra Brawijaya yang diberi nama Raden Patah. Kemudian dari pernikahan dengan Arya Damar, lahir Raden Kusen. Dengan demikian terciptalah suatu silsilah yang rumit antara Arya Damar, Raden Patah, dan Raden Kusen.

Setelah dewasa, Raden Patah dan Raden Kusen meninggalkan Palembang menuju Jawa. Raden Patah akhirnya menjadi raja pertama Kesultanan Demak, dengan bergelar Panembahan Jimbun.

Seputar Tokoh Swan Liong Kisah hidup Raden Patah juga tercatat dalam kronik Cina dari Kuil Sam Po Kong Semarang. Dalam naskah itu, Raden Patah disebut dengan nama Jin Bun, sedangkan ayah tirinya bukan bernama Arya Damar, melainkan bernama Swan Liong.

Swan Liong adalah putra raja Majapahit bernama Yang-wi-si-sa yang lahir dari seorang selir Cina. Mungkin Yang-wi-si-sa sama dengan Hyang Wisesa atau mungkin Hyang Purwawisesa. Kedua nama ini ditemukan dalam naskah Pararaton.

Swan Liong bekerja sebagai kepala pabrik bahan peledak di Semarang. Pada tahun 1443 ia diangkat menjadi kapten Cina di Palembang oleh Gan Eng Cu, kapten Cina di Jawa.

Swan Liong di Palembang memiliki asisten bernama Bong Swi Hoo. Pada tahun 1445 Bong Swi Hoo pindah ke Jawa dan menjadi menantu Gan Eng Cu. Pada tahun 1451 Bong Swi Hoo mendirikan pusat perguruan agama Islam di Surabaya, dan ia pun terkenal dengan sebutan Sunan Ampel.

Swan Liong di Palembang memiliki istri seorang bekas selir Kung-ta-bu-mi raja Majapahit. Mungkin Kung-ta-bu-mi adalah ejaan Cina untuk Bhre Kertabhumi. Dari wanita itu lahir dua orang putra bernama Jin Bun dan Kin San.

Pada tahun 1474 Jin Bun dan Kin San pindah ke Jawa untuk berguru kepada Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel. Tahun berikutnya, Jin Bun mendirikan kota Demak sedangkan Kin San mengabdi kepada Kung-ta-bu-mi di Majapahit.

Tidak diketahui dengan pasti sumber mana yang digunakan oleh pengarang kronik Cina dari Kuil Sam Po Kong di atas. Kemungkinan besar si pengarang pernah membaca Pararaton sehingga nama-nama raja Majapahit yang ia sebutkan mirip dengan nama-nama raja dalam naskah dari Bali tersebut. Misalnya, si pengarang kronik tidak menggunakan nama Brawijaya yang lazim digunakan dalam naskah-naskah babad.

Jika dibandingkan dengan Babad Tanah Jawi, isi naskah kronik Cina Sam Po Kong terkesan lebih masuk akal. Misalnya, ibu Arya Damar adalah seorang raksasa, sedangkan ibu Swan Liong adalah manusia biasa. Ayah Arya Damar sama dengan ayah Raden Patah, sedangkan ayah Swan Liong dan Jin Bun berbeda.

[sunting] Arya Dilah dari Palembang Lain lagi dengan naskah dari Jawa Barat, misalnya Hikayat Hasanuddin atau Sejarah Banten. Naskah-naskah tersebut menggabungkan nama Arya Damar dengan Jaka Dilah menjadi Arya Dilah, yang juga menjabat sebagai bupati Palembang. Selain itu, nama Arya Dilah juga diduga berasal dari nama Arya Abdilah.

Dikisahkan ada seorang perdana menteri dari Munggul bernama Cek Ko Po yang mengabdi ke Majapahit. Putranya yang bernama Cu Cu berhasil memadamkan pemberontakan Arya Dilah bupati Palembang. Raja Majapahit sangat gembira dan mengangkat Cu Cu sebagai bupati Demak, bergelar Molana Arya Sumangsang.

Dengan demikian, Arya Sumangsang berhasil menjadi pemimpin Demak setelah mengalahkan Arya Dilah. Kisah dari Jawa Barat ini cukup unik karena pada umumnya, raja Demak disebut sebagai anak tiri bupati Palembang.

Sementara itu, berita tentang pemberontakan Palembang ternyata benar-benar terjadi. Kronik Cina dari Dinasti Ming mencatat bahwa pada tahun 1377 tentara Majapahit berhasil menumpas pemberontakan Palembang.

Rupanya pengarang naskah di atas pernah mendengar berita pemberontakan Palembang terhadap Majapahit. Namun ia tidak mengetahui secara pasti bagaimana peristiwa itu terjadi. Pemberontakan Palembang dan berdirinya Demak dikisahkannya sebagai satu rangkaian, padahal sesungguhnya, kedua peristiwa tersebut berselang lebih dari 100 tahun.


From grandparents to grandchildren

Grandparents
Manggalawardhani / Bhre Tanjungpura (Dyah Suragharini / Putri Junjung Buih)
marriage: Rajasawardhana / Sang Sinagara (Dyah Wijayakumara)
title: 1447, Menurut prasasti Waringin Pitu, Dyah Wijayakumara memiliki istri bernama Manggalawardhani Bhre Tanjungpura. Dari perkawinan itu lahir dua orang anak, yaitu Dyah Samarawijaya dan Dyah Wijayakarana.
Grandparents
Parents
Girishawardhana Dyah Suryawikrama / Bhra Hyang Purwawisesa (Dyah Suryawikrama)
title: from 1456 - 1466, Majapahit, Raja Majapahit IX bergelar Girisawardhana Dyah Suryawikrama (Brawijaya III)
death: 1466
Raden Alit ? (Bhre Kertabumi, Wangsa Rajasa)
marriage: Kanjeng Ratu Handarawati / Siu Ban Ci
marriage: Endang Sasmintapura
marriage:
marriage: Puteri Wandhan
death: 1478, Raja Majapahit ke 11, Th. 1468 s/d 1478 Masehi; Ibu Kota Kerajaan di trowulan - Mojokerto.
Parents
 
== 3 ==
Bondan Kejawen / Aryo Lembu Peteng (Prabu Brawijaya VI)
birth: Jurumertani sudah pada waktunya untuk mengirim Pajak Hasil Bhumi ke Kerajaan, dalam perjalanannya di ikuti oleh Bondan, yang tidak diketahui Jurumertani, Sesampainya di Kerajaan menyerahkan Pajakhasil Bumi, kemudian menghadap sang Prabu, Namun mendadak terdengan suara Gong Berbunyi, mengejutkan Sang Prabu dan seluruh isi kerajaan termasuk Jurumertani, setelah dikejar tertangkaplah seorang anak "Bondan", dan diserahkan pada sang Prabu, melihat kejadian itu Jurumertani terbelalak KAGET, dan menghampiri Prabu sambil berbisik Itu adalah Putera-sang Prabu. Sang Prabu menatap wajah si Bondan dengan seksama, kemudian penasehat spirituil Kerajaan menhampiri Sang Prabu berkata, Anak turun dari Anak itu (Bondan) akan menjadi Raja-raja ditanah jawa
birth: Petilasan Makam dari Bondan Kejawan ada : 3 Tempat yaitu : 1. Desa Taruban-Purwodadi, dari kota Purwodadi ke arah Blora Km 13 ada perempatan belok Kanan 2km ada Situs yang dikelola oleh Kasunanan Surakarto, dsisin ada makam Ki Ageng Tarub I, dan R Bondan Kejawan ( Ki Ageng Tarub II) 2. 1 Km dari sini ( Ds Taruban ) arah ke perempatan ada Tandingan seolah-olah Makam Bondan Kejawan 3. Sebelah barat Kota Yogya ( Jl Wates dkt SPBU) ada dusun Kejawen disana ada makan Bondan Kejawan Pahlawan Majapahit
marriage: Retno Dewi Nawangsih
marriage:
marriage: Retno Dewi Nawangsih
Puteri Ratna Marsandi
birth: anak No 17 dari Bhre Kertabhumi ( Brawidjaja V ), suami dari Juru Paniti
marriage: Juru Paniti
Raden Sudjana
title: anak No.11 dari Bhre Kertabhumi ( Brawijaya V )
Jaka Dhalak
birth: Diputus : 25677
Hario Dewa Ketul
occupation: Bali, Adipati di Bali
Raden Jaka Langsing / Banyakputra
birth: Grade #1 Brawijaya V
Raden Jaka Lawu
death: Java, Indonesia, Mount Lawu
== 3 ==
Children
3.4.2. Raden Kusen / Pangeran Pamalekaran (Arya Abdillah)
title: Adipati Terung, Adipati Terung / Bupati Teterung
3.4.1.1. Pangeran Hadipati Trenggono
birth: 1521
title: to 1546, Demak, Sultan Demak III bergelar Sultan Alam Akbar III
death: 1548
Pangeran Sabrang Lor / Dipati Unus (Raden Surya)
title: 1518, Sultan Demak II
death: 1521
Children
Grandchildren
Pangeran Santri / Kusumadinata I (Raden Solih)
birth: estimated 29 May 1505
marriage: Ratu Pucuk UmuN / Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Pangeran Istri)
title: from 21 October 1530 - 1580, Sumedang Larang, Raja Sumedang Larang Ke 9
death: calculated 1580
Grandchildren

Personal tools
In other languages