As of 18 August 2010, you must register to edit pages on Rodovid (except Rodovid Engine). |
2. Pangeran Aria Kikis (Sunan Wanaperih / Sunan Ciburang) b. calculated 1534
From Rodovid EN
Lineage | Pajajaran |
Sex | Male |
Full name (at birth) | 2. Pangeran Aria Kikis |
Other last names | Sunan Wanaperih / Sunan Ciburang |
Parents
♂ Rd. Raga Mantri (Prabu Pucuk Umum / Raja Maja / Raja Talaga) [Pajajaran] |
Events
calculated 1534 birth:
child birth: ♂ 2. Sunan Girilaya [Talaga]
calculated 1562 child birth: Talaga, Majalengka, ♂ 1. Dalem Cageur Darma [Talaga] b. calculated 1562
calculated 1565 child birth: ♂ 2. Dalem Kulanata Maja [Talaga] b. calculated 1565
calculated 1567 child birth: ♀ 3. Apun Surawijaya / Sunan Kidul [Talaga] b. calculated 1567
calculated 1569 child birth: ♂ 4. Ratu Radeya [Talaga] b. calculated 1569
calculated 1571 child birth: ♀ 5. Ratu Putri (Putri Sunan Wanaperih, Talaga) [Talaga] b. calculated 1571
calculated 1573 child birth: Blok Karang Nangka Beurit, Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang - Subang, ♂ 6. Pangeran Aria Wangsa Goparana (Sunan Sagalaherang) [Talaga] b. calculated 1573
Notes
Catatan Admin : Endang Suhendar alias Idang
Pemerintahan Sunan Wanaperih
Sunan Wanaperih seperti orang tuanya sudah memeluk agama Islam. Hampir seluruh rakyat di kerajaan ini juga telah memeluk agama Islam. Beliau berputera 6 orang, yaitu : (1) Dalem Cageur, (2) Dalem Kulanata, (3) Apun Surawijaya atau Sunan Kidul, (4) Ratu Radeya, (5) Ratu Putri, (6) Dalem Wangsa Goparana.
Diceritakan bahwa Ratu Radeya menikah dengan Arya Saringsingan, sedangkan Ratu Putri menikah dengan putra Syech Abu Muchyi dari Pamijahan bernama Sayid Ibrahim Cipager. Dalem Wangsa Goparana pindah ke Sagalaherang Cianjur, dan kelak keturunan beliau ada yang menjabat sebagai bupati seperti Bupati Wiratanudatar I di Cikundul.
Sunan Wanaperih memerintah di Walangsuji. Ketika beliau digantikan oleh puteranya Apun Surawijaya, pusat pemerintahan kembali ke Talaga (“Sangiang Talaga”–atau Parung alias “Curug Campaga”?–Pen.).
https://tatangmanguny.wordpress.com/kontroversi/kerajaan-talaga-silsilah-yang-tumpang-tindih/
SUNAN WANAPERIH
( RADEN ARIA KIKIS ATAU SUNAN CIBURANG ) Sang penyebar agama Islam di Majalengka
( 1550-1590 M)
Pada tahun 1550 M. Pada generasi kedua masa pemerintahan Islam Talaga, sepeninggal Ratu Parung ( Ratu Sunyalarang ), Talaga dipimpin oleh Raden Aria Kikis ( Sunan Wanaperih ) putera kedua Ratu Parung ( Ratu Sunyalarang ). Arya Kikis adalah seorang Senapati dan Da'i Islam yang handal. Beliau mewarisi ketaatan yang tulus, ilmu-ilmu kanuragan dan ilmu-ilmu keislaman dari Sunan Gunung Djati. Salah satu cucu beliau adalah Raja Muda Cianjur, Raden Aria Wiratanu I atau yang dikenal dengan Kanjeung Dalem Cikundul.
Diawali dangan ikut campurnya Demak untuk menarik upeti dari Talaga melalui Cirebon, sedangkan kondisi rakyat Kerajaan Talaga yang sangat memerlukan perhatian pemerintah ( lagi susah ), akhirnya permintaan Cirebon dan Demak untuk menarik upeti dari Talaga "ditolak". Selanjutnya, dengan tiba-tiba saja pasukan Cirebon yang dibantu Demak menyerang Talaga. Dengan demikian terjadilah peperangan hebat antara Pasukan Talaga yang dipimpin langsung oleh Senopati Aria Kikis melawan pasukan penyerobot dari Cirebon dan Demak.
Di medan laga sekalipun prajurit-prajurit Kerajaan Talaga yang dibantu ketat oleh puragabaya serta pendekar-pendekar dari padepokan-padepokan dan pesantren-pesantren Islam itu jumlah pasukan dan senjatanya lebih kecil dibanding jumlah serta kekuatan para aggresor, akan tetapi pasukan Talaga dengan penuh semangat dan patriotisme tetap mengadakan perlawanan. Dengan teriakan dan gaung Allahu Akbar, serentak pasukan Talaga dengan kecepatan dan kesigapan yang luar biasa menerjang lawannya dan terus menerus mengkikis habis para aggressor yang datang menyerang tanpa kesopanan dan tatakrama itu. Syukurlah bahwa akhirnya kekuatan para penyerobot itu dapat dilumpuhkan dan semua pasukan Cirebon dan Demak dapat diusir keluar dari wilayah Kerajaan Talaga.
Kesepakatan Keraton Ciburang Karena peristiwa itu Kanjeng Sinuhun Susuhunan Cirebon, Syarif Hidayatullah serta merta datang ke Talaga dan disambut secara khidmat dan hormat oleh Pangeran Satyapati Arya Kikis, Senapati Kerajaan Talaga, Sang Sunan Wanaperih; tidak urung dengan mendapatkan penghormatan besar dari para prajurit, puragabaya, para pendekar dan rakyat kerajaan Talaga serta Galuh Singacala.
Sesuai dengan kesepakatan pada musyawarah di Keraton Ciburang yang diselenggarakan oleh para Raja dari Galuh beberapa waktu yang silam, yang menyatakan bila Kanjeng Waliyullah sendiri mengucapkan titahnya, mereka semua akan tumut kepada Kanjeng Sinuhun Cirebon, Syarif Hidayatullah. Ternyata kesepakatan di Keraton Ciburang itu dengan takdir Allah terkabul juga. Pada saat itulah Kanjeng Sinuwun Sunan Gunung Jati Cirebon bersabda; Bahwa peperangan itu sungguh ditakdirkan Allah; tetapi bukan merupakan perang agama, sebab di Jawadwipa hanya pernah ada satu perang agama, yaitu antara Demak dan Majapahit. Terjadinya perang Talaga hanya karena tindakan keliru pasukan Cirebon dan Demak.
Dalam riwayat lain berkata : “Perang dengan telaga berawal dari masalah sepele, yaitu perselisihan antara Demang Talaga dan Tumenggung ( Caruban ) Kertanegara akibat salah paham. Mereka berkelahi dan Demang Talaga terbunuh dalam perkelahian itu.Kematian Demang Talaga ternyata telah membuat marah Yang Dipertuan Talaga, Prabu Pucuk Umun, dan putera mahkota, Sunan Wanaperih ( Pangeran Salingsingan / Raden Aria kikis ) . Kabarnya, mereka dihasut oleh Rsi Bungsu, yang menuduh peristiwa tewasnya Demang talaga itu didalangi oleh yang Dipertuan Caruban. Lalu, pasukan Talaga disiapkan untuk menyerbu wilayah Caruban.”
Kemudian Sinuwun Cirebon mendamaikannya dan Sinuwun Syarif Hidayatullah mengijinkan kepada Pangeran Aria Kikis untuk beruzlah dan berkholwat ( riyadhah dan mujahadah ) di kampungnya yaitu di Leuweung Wana yang selanjutnya disebut Wanaperih, dengan hasrat untuk mendalami hakekat ajaran Agama Islam sedangkan kerajaan Talaga tetap berdiri secara mandiri, adapun kepemimpinannya diayomi oleh Kanjeng Waliyullah, Sunan Gunung Djati. Sunan Wanaperih mempunyai enam orang putra, empat putera dan dua puteri, Diantaranya :
- Dalem Cageur Darma
- Dalem Kulanata Maja
- Sang Senapati Raden Apun Surawijaya
- Ny. Ratu Radeya
- Ny. Ratu Putri
- Pangeran Ngabehi Aria Wangsa Goparana
Diceritakan bahwa Ratu Radeya menikah dengan Pangeran Aria Saringsingan putra Prabu Haur Kuning
Makam Pangeran Aria Saringsingan putra Prabu Haur Kuning, Desa Banjaran Kec. Banjaran Kab. Majalengka sedangkan Ratu Putri menikah dengan Syekh Sayid Faqih Ibrahim ( Sunan Cipager ) putra Syech Abu Muchyi dari Pamijahan
Sources
- ↑ http://babadtanahcikundul.blogspot.com/2014/08/sunan-wanaperih.html -
- ↑ https://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Wanaperih -
From grandparents to grandchildren
marriage: ♀ Nyi Mas Endang Geulis / Nyi Mas Endang Ayu
marriage: ♀ Nyai Retna Rasajati
marriage: ♀ Nyai Retna Riris / Nyai Kencana Larang
title: before 1479, Cirebon, Sultan Cirebon I bergelar Sri Mangana

marriage: ♀ Dewi Kinawati ? (Dewi Kania)
title: from 1521 - 1535, Pajajaran, Bogor, Raja Pajajaran Ke 2
death: 1535
burial: Desa Sindangwasa kecamatan Palasah Jatiwangi KM 51/54 Majalengka
occupation: estimated 1444, Cicurug, Sukabumi, Raja Keprabuan Pakuan Raharja
title: calculated, Adipati di Pesisir Banten atau Banten Girang.
burial: Darma, Kuningan