As of 18 August 2010, you must register to edit pages on Rodovid (except Rodovid Engine). |
Wikramawardhana / Raden Gagaksali (Bhre Hyang Wisesa Aji Wikrama)
From Rodovid EN
Lineage | Majapahit Rajasa |
Sex | Male |
Full name (at birth) | Wikramawardhana / Raden Gagaksali |
Other last names | Bhre Hyang Wisesa Aji Wikrama |
Parents
♂ Raden Sumana / Singhawardhana (Bhre Paguhan) [Singhawardhana] ♀ Dyah Nertaja / Dyah Nartaja (Rajasaduhiteswari Dyah Nartaja) [Majapahit Rajasa] | |
Wiki-page | [[1]] |
Events
child birth: ♂ Kertawijaya / Sri Maharaja Wijaya Parakrama Wardhana (Bhre Tumapel III) [Majapahit Rajasa] d. 1451
child birth: ♂ Rajasakusuma / Hyang Wekasing Sukma [Majapahit Rajasa]
child birth: ♀ Dewi Suhita / Bhre Daha II (Dyah Ayu Kencana Wungu) [Majapahit Rajasa] d. 1447
child birth: ♂ Bhre Tumapel II [Majapahit Rajasa]
marriage: ♀ Kusumawardhani / Bhre Kabalan I [Majapahit Rajasa] d. 1429
marriage: ♀ Bhre Daha II ? (Wangsa Rajasa) [?] d. 1426
marriage: ♀ Kusumawardhani / Bhre Kabalan I [Majapahit Rajasa] d. 1429
marriage: ♀ Bhre Mataram [Majapahit Rajasa]
from 1389 - 1427 title: Majapahit, Raja Majapahit Ke-V bergelar Bhre Hyang Wisesa Aji Wikrama
Notes
Wikramawardhana adalah raja kelima Majapahit yang memerintah berdampingan dengan istri sekaligus sepupunya, yaitu Kusumawardhani putri Hayam Wuruk, pada tahun 1389-1427. Silsilah Wikramawardhana dan Kusumawardhani Wikramawardhana dalam Pararaton bergelar Bhre Hyang Wisesa Aji Wikrama. Nama aslinya adalah Raden Gagak Sali. Ibunya bernama Dyah Nertaja, adik Hayam Wuruk, yang menjabat sebagai Bhre Pajang. Sedangkan ayahnya bernama Raden Sumana yang menjabat sebagai Bhre Paguhan, bergelar Singhawardhana.
Permaisurinya, yaitu Kusumawardhani adalah putri Hayam Wuruk yang lahir dari Padukasori. Dalam Nagarakretagama (ditulis 1365), Kusumawardhani dan Wikramawardhana diberitakan sudah menikah. Padahal waktu itu Hayam Wuruk baru berusia 31 tahun. Maka, dapat dipastikan kalau kedua sepupu tersebut telah dijodohkan sejak kecil. Dari perkawinan itu, lahir putra mahkota bernama Rajasakusuma bergelar Hyang Wekasing Sukha, yang meninggal sebelum sempat menjadi raja. Pararaton juga menyebutkan, Wikramawardhana memiliki tiga orang anak dari selir, yaitu Bhre Tumapel, Suhita, dan Kertawijaya. Bhre Tumapel lahir dari Bhre Mataram, putri Bhre Pandansalas. Ia menggantikan Rajasakusuma sebagai putra mahkota, tetapi juga meninggal sebelum sempat menjadi raja. Kedudukan sebagai pewaris takhta kemudian dijabat oleh Suhita yang lahir dari Bhre Daha putri Bhre Wirabhumi.
Awal Pemerintahan Wikramawardhana dan Kusumawardhani Saat Nagarakretagama ditulis tahun 1365, Kusumawardhani masih menjadi putri mahkota sekaligus Bhre Kabalan. Sedangkan Wikramawardhana menjabat Bhre Mataram dan mengurusi masalah perdata.
Menurut Pararaton, sepeninggal Hayam Wuruk tahun 1389, Kusumawardhani dan Wikramawardhana naik takhta dan memerintah berdampingan. Jabatan Bhre Mataram lalu dipegang oleh selir Wikramawardhana, yaitu putri Bhre Pandansalas alias Ranamanggala. Ibu Bhre Mataram adalah adik Wikramawardhana sendiri yang bernama Surawardhani alias Bhre Kahuripan. Jadi, Wikramawardhana menikahi keponakannya sendiri sebagai selir.
Rajasakusuma sang putra mahkota diperkirakan mewarisi jabatan Bhre Kabalan menggantikan ibunya, meskipun tidak disebut secara tegas dalam Pararaton. Pada tahun 1398 Rajasakusuma mengangkat Gajah Menguri sebagai patih menggantikan Gajah Enggon yang meninggal dunia. Berita dalam Pararaton ini harus ditafsirkan sebagai “mengusulkan”, bukan “melantik”. Rajasakusuma meninggal tahun 1399. Candi makamnya bernama Paramasuka Pura di Tanjung. Kedudukan putra mahkota lalu dijabat Bhre Tumapel putra Wikramawardhana dan Bhre Mataram. Pada tahun 1400 Wikramawardhana turun takhta untuk hidup sebagai pendeta. Kusumawardhani pun memerintah secara penuh di Majapahit. Peninggalan sejarah Wikramawardhana berupa prasasti Katiden (1395), yang berisi penetapan Gunung Lejar sebagai tempat pendirian sebuah bangunan suci.
[edit] Sources
- ↑ Kepustakaan - M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Poesponegoro, M.D., Notosusanto, N. (editor utama). Sejarah Nasional Indonesia. Edisi ke-4. Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka, 1990. Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS
From grandparents to grandchildren

title: from 1347 - 1375, Raja Malayapura I bergelar Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Mauli Warmadewa
marriage: ♀ Putri II Brahmana Dari Ketepeng Reges
marriage: ♀ Putri Bendesa Mas di Desa Tegeh

title: 1295, Kediri (East Java), Yuwaraja atau raja muda di Kadiri atau Daha (Bhre Daha)
title: from 1309 - 1328, Majapahit, Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara
death: 1328, Majapahit
marriage: ♀ Sri Sudewi / Padukasori
marriage: ♀ Selir / Garwo Ampeyan
title: from 1350 - 1389, Majapahit, Prabu Majapahit IV bergelar Maharaja Sri Rajasanagara
death: 1389
marriage: ♂ Wikramawardhana / Raden Gagaksali (Bhre Hyang Wisesa Aji Wikrama)
death: 1426

marriage: ♀ Rajasawardhanadewi Dyah Sripura
title: from 1466 - 1474, Majapahit, Raja Majapahit X (1466-1468 M) bergelar Sri Adi Suraprabhawa Singhawikramawardhana Giripati Pasutabhupati Ketubhuta (Brawijaya IV)
death: 1474, prasati Trailokyapuri Didarmakan di Sri Wisnupura - Jinggan
title: 1447, Menurut prasasti Waringin Pitu, Dyah Wijayakumara memiliki istri bernama Manggalawardhani Bhre Tanjungpura. Dari perkawinan itu lahir dua orang anak, yaitu Dyah Samarawijaya dan Dyah Wijayakarana.